Problematika Kesuburan Tanah di Tegalharjo, Trangkil, Jawa Tengah

Monday, November 23, 2020 0 comments

 

Problematika Kesuburan Tanah di Trangkil, Pati : Tekstur Tanah Keras


Setiap  tanah di berbagai daerah di Indonesia pastinya memiliki masalah tentang kesuburannya masing-masing. Ada yang tanah nya terlalu banyak mengandung bahan organik, terlalu sedikit bahan organik, pH tanah yang tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman, tanah kekeringan, tanah terlalu lembab dsb. Petani yang saya wawancarai adalah Ibu Sutiani dengan komoditas tanamnya adalah ubi kayu dan luas lahan 0.7 ha yang berlokasi di Tegalharjo, Trangkil, Pati. Tanah di Tegalharjo, Trangkil, Pati pada 27 Oktober 2020 adalah tanah red-yellow ultisol. Salah satu masalah kesuburan tanah yang di keluhkan Ibu Sutiani adalah tanah yang membutuhkan terlalu banyak pupuk kimia untuk satu kali musim tanam. Ibu Sutiani membutuhkan sekitar 12 karung pupuk urea untuk sekali musim tanam ubi kayu. Berat 12 karung pupuk urea sekitar 600kg. Padahal menurut Sudaryono dan Supeno (2017), dosis pupuk NPK atau urea yang direkomendasikan untuk tanaman ubi kayu adalah 400 kg NPK/ha.


Berdasarkan pernyataan tersebut jelas lahan Ibu Sutiyani overdosis pupuk kimia dan berpeluang untuk ketergantungan dengan pupuk kimia. Dampak dari pemupukan N secara berlebihan akan mengakibatkan pemadatan tanah, pemupukan P yang berlebihan mengakibatkan penumpukan P di dalam tanah dan tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman, sementara pengurasan bahan organik terus berlangsung pada saat panen (Sondang et al., 2019).

Pupuk kimia yang digunakan dalam jumlah terlalu banyak dapat menyebabkan risiko kematian mikroorganisme yang ada dalam tanah. Padahal, berbagai mikroorganisme tersebut berfungsi menguraikan organisme yang telah membusuk dalam tanah dan dapat menambah bahan organik dalam tanah sehingga tanah menjadi subur dan gembur. Namun jika kelebihan tanah akan memadat dan keras. Hal tersebut menyebabkan aerasi dan drainase terganggu dan menyebabkam tanah lebih lembab yang memicu tumbuhnya jamur dan penyakit. Dalam jangka pendek, pupuk kimia memang mampu mempercepat masa tanam karena kandungan haranya bisa diserap langsung oleh tanah, namun di sisi lain dalam jangka panjang justru akan menimbulkan dampak yang negatif.



Seperti yang dijelaskan sebelumnya keadaan tanah di lahan Ibu Sutiyani keras karena pemadatan yang diakibatkan oleh pupuk kimia. Pemadatan tanah ini berdampak pada pertumbuhan dan hasil tanaman budidaya. Tanah yang keras akan menyulitkan akar untuk bergerak mencari unsur hara dan air disekitar. Tanaman dapat menggunakan pupuk secara optimum hanya pada perakaran aktif, tetapi sangat sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau padat (Sudaryono dan Supeno, 2017). Hal tersebut menyebabkan tanaman hanya mendapat har dan air di sekitar tanaman dan tanaman hanya menerima hara dan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk diproses saat fotosintesis. Jika fotosintesis semakin sedikit maka daun juga semakin kecil dan menyebabkan produksi fotosintat berkurang. Berkurangnya hasil fotosintat memungkinkan berkurangnya juga hasil ubi kayu Ibu Sutiani (Irwan dan Wicaksono, 2017).

Upaya penyuluhan tentang pupuk organik sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh pihak lain di Kabupaten Lima puluh Kota, namun baru sebatas penyuluhan cara pembuatan pupuk hayati, belum sampai kepada aplikasinya kepada tanaman di lapangan, sehingga masyarakat belum dapat melihat secara langsung hasil nyata dari aplikasi pupuk. Persoalannya petani belum menyadari dampak negatif dari penggunaan pupuk anorganik terhadap tanah dan produk tanaman. Ditambah penggunaan pupuk anorganik secara intensif dengan dosis berlebihan ditingkat petani, tidak bisa diharapkan lagi sebagai pemenuhan nutrisi untuk meningkatkan produksi tanaman. Sikap petani yang tidak mau repot dan selalu ingin melihat hasil peningkatan dalam waktu singkat menyebabkan petani susah untuk menerima inovasi baru (Herawati et al., 2019).

Saya harap Ibu Sutiyani dapat menggunakan pupuk kimia sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Sehingga tanah di lahan budidaya tidak mengalami ketergantugan pupuk kimia. Sesuatu yang berlebihan memiliki sifat yang tidak baik. Mungkin penggunaan pupuk dengan dosis optimal, tanaman kurang terlihat segar. Padahal tanaman yang terlihat segar belum tentu baik dalam keadaan fisiologinya.

 berikut borang pengamatan acara problematika kesuburan tanah KPKT

https://drive.google.com/file/d/1Cjy_l7S3RADLkMAMZ2lnqoG23rfEopKf/view?usp=sharing

 

Sumber :

Herawati, M., Soekamto, dan Ahmad F. 2019. Upaya Peningkatan Kesuburan Tanah Pada Lahan Kering Di Kelurahan Aimas Distrik Aimas Kabupaten Sorong. Papua Journal of Community Service 1(2) : 14-23

Irwan, A.W. dan F.Y. Wicaksono. 2017. Perbandingan pengukuran luas daun kedelai dengan metode gravimetri, regresi dan scanner 16 (3) : 44-52

Sondang, Y.,  Siregar, R. dan Anty, K. 2019. Penerapan pupuk hayati dalam meningkatkan produksi jagung (Zea mays L.) di Kabupaten Limapuluh Kota. Unri Conference Series: Community Engagement 1 : 202-209

Sudaryono dan A. Supeno. 2017. Tanggap tanaman ubi kayu terhadap pupuk formula a dan b. BULETIN PALAWIJA 15(1): 14-23

 

0 comments:

Post a Comment

 

©Copyright 2011 ❁Jwa's blog❁ | TNB