Problematika Kesuburan Tanah di Trangkil, Pati : Tekstur Tanah Keras
Setiap tanah di berbagai daerah di Indonesia
pastinya memiliki masalah tentang kesuburannya masing-masing. Ada yang tanah
nya terlalu banyak mengandung bahan organik, terlalu sedikit bahan organik, pH
tanah yang tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman, tanah kekeringan, tanah
terlalu lembab dsb. Petani yang saya wawancarai adalah Ibu Sutiani dengan
komoditas tanamnya adalah ubi kayu dan luas lahan 0.7 ha yang berlokasi di
Tegalharjo, Trangkil, Pati. Tanah di Tegalharjo, Trangkil, Pati pada 27 Oktober
2020 adalah tanah red-yellow ultisol. Salah satu masalah kesuburan tanah yang
di keluhkan Ibu Sutiani adalah tanah yang membutuhkan terlalu banyak pupuk
kimia untuk satu kali musim tanam. Ibu Sutiani membutuhkan sekitar 12 karung
pupuk urea untuk sekali musim tanam ubi kayu. Berat 12 karung pupuk urea
sekitar 600kg. Padahal menurut Sudaryono dan Supeno (2017), dosis pupuk NPK
atau urea yang direkomendasikan untuk tanaman ubi kayu adalah 400 kg NPK/ha.
Berdasarkan
pernyataan tersebut jelas lahan Ibu Sutiyani overdosis pupuk kimia dan
berpeluang untuk ketergantungan dengan pupuk kimia. Dampak dari pemupukan N
secara berlebihan akan mengakibatkan pemadatan tanah, pemupukan P yang
berlebihan mengakibatkan penumpukan P di dalam tanah dan tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman, sementara pengurasan bahan organik terus berlangsung
pada saat panen (Sondang et al., 2019).
Pupuk
kimia yang digunakan dalam jumlah terlalu banyak dapat menyebabkan risiko
kematian mikroorganisme yang ada dalam tanah. Padahal, berbagai mikroorganisme
tersebut berfungsi menguraikan organisme yang telah membusuk dalam tanah dan
dapat menambah bahan organik dalam tanah sehingga tanah menjadi subur dan
gembur. Namun jika kelebihan tanah akan memadat dan keras. Hal tersebut
menyebabkan aerasi dan drainase terganggu dan menyebabkam tanah lebih lembab
yang memicu tumbuhnya jamur dan penyakit. Dalam jangka pendek, pupuk kimia
memang mampu mempercepat masa tanam karena kandungan haranya bisa diserap
langsung oleh tanah, namun di sisi lain dalam jangka panjang justru akan
menimbulkan dampak yang negatif.
Seperti
yang dijelaskan sebelumnya keadaan tanah di lahan Ibu Sutiyani keras karena
pemadatan yang diakibatkan oleh pupuk kimia. Pemadatan tanah ini berdampak pada
pertumbuhan dan hasil tanaman budidaya. Tanah yang keras akan menyulitkan akar
untuk bergerak mencari unsur hara dan air disekitar. Tanaman dapat menggunakan
pupuk secara optimum hanya pada perakaran aktif, tetapi sangat sukar menyerap
hara dari lapisan tanah yang kering atau padat (Sudaryono dan Supeno, 2017).
Hal tersebut menyebabkan tanaman hanya mendapat har dan air di sekitar tanaman
dan tanaman hanya menerima hara dan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk
diproses saat fotosintesis. Jika fotosintesis semakin sedikit maka daun juga
semakin kecil dan menyebabkan produksi fotosintat berkurang. Berkurangnya hasil
fotosintat memungkinkan berkurangnya juga hasil ubi kayu Ibu Sutiani (Irwan dan
Wicaksono, 2017).
Upaya
penyuluhan tentang pupuk organik sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh pihak
lain di Kabupaten Lima puluh Kota, namun baru sebatas penyuluhan cara pembuatan
pupuk hayati, belum sampai kepada aplikasinya kepada tanaman di lapangan,
sehingga masyarakat belum dapat melihat secara langsung hasil nyata dari
aplikasi pupuk. Persoalannya
petani belum menyadari dampak negatif dari penggunaan pupuk anorganik terhadap
tanah dan produk tanaman. Ditambah penggunaan pupuk anorganik secara intensif
dengan dosis berlebihan ditingkat petani, tidak bisa diharapkan lagi sebagai
pemenuhan nutrisi untuk meningkatkan produksi tanaman. Sikap petani yang tidak
mau repot dan selalu ingin melihat hasil peningkatan dalam waktu singkat
menyebabkan petani susah untuk menerima inovasi baru (Herawati
et al., 2019).
Saya
harap Ibu Sutiyani dapat menggunakan pupuk kimia sesuai dengan dosis yang
dianjurkan. Sehingga tanah di lahan budidaya tidak mengalami ketergantugan
pupuk kimia. Sesuatu yang berlebihan memiliki sifat yang tidak baik. Mungkin
penggunaan pupuk dengan dosis optimal, tanaman kurang terlihat segar. Padahal
tanaman yang terlihat segar belum tentu baik dalam keadaan fisiologinya.
Sumber :
Herawati, M., Soekamto, dan Ahmad F. 2019. Upaya
Peningkatan Kesuburan Tanah Pada Lahan Kering Di Kelurahan Aimas Distrik Aimas
Kabupaten Sorong. Papua Journal of Community Service 1(2) : 14-23
Irwan, A.W. dan F.Y. Wicaksono. 2017. Perbandingan
pengukuran luas daun kedelai dengan metode gravimetri, regresi dan scanner 16
(3) : 44-52
Sondang, Y., Siregar, R. dan Anty, K. 2019. Penerapan pupuk
hayati dalam meningkatkan produksi jagung (Zea mays L.) di Kabupaten
Limapuluh Kota. Unri Conference Series: Community Engagement 1 :
202-209
Sudaryono dan A. Supeno. 2017. Tanggap tanaman ubi
kayu terhadap pupuk formula a dan b. BULETIN PALAWIJA 15(1): 14-23
0 comments:
Post a Comment